Rabu, 26 September 2012

Tafsir Surat Al Hujarat Ayat 12

Ilustrasi penyebar fitnah seperti kayu bakar.
Sumber gambar: abufahmiabdullah.wordpress.com
Alhamdulillah, shalawat serta salam semoga selalu terlimpah kepada nabi kita Muhammad shalallahualaihi wasallam. Cahaya hidayah beliau senantiasa dijaga oleh Allah subhana wata'ala tetap bersinar walaupun orang yang benci terhadap beliau senantiasa menghina dan melecahkan beliau sejak dulu hingga akhir jaman.
Semakin mendekati akhir jaman semakin banyak peristiwa dan kejadian yang menguji keimanan kita, semakin banyak cobaan dan fitnah yang merintangi dakwah dan ibadah kaum muslimin, semakin tidak tahu dari mana dan siapa yang mendalangi semua itu, satu contoh yang menyesakkan dada beberapa tahun ini adalah tuduhan-tuduhan  teroris kepada orang-orang yang berusaha istiqamah beribadah dan dakwah.
Mungkin sedikit telat tulisan kami ini, namun kami tetap berharap ini bisa sedikit melipur hati kami dan saudara-saudara kami yang tulus berjuang melalui jalan dakwah dan tarbiyah, mereka yang berpenampilan sesuai sunnah Rasulullah shalallahualaihi wasallam, mereka yang tulus berjuang menegakkan agama Islam yang semakin ditinggalkan umat, semakin melemah dukungan masyarakat, semakin dijauhi, bukan semakin banyak dukungan untuk mereka malah semakin sering dituduh teroris.
Kami mengajak pembaca untuk bersama merenungi dan meresapi firman Allah subhana wata'ala dalam surat AlHujarat ayat 12 berikut ini:
"Wahai orang orang yang beriman jauhilah sebagian besar dzan (prasangka), sesungguhnya sebagian besar prasangka merupakan dosa, dan janganlah kalian saling memata-matai, dan janganlah kalian saling menggunjing, apakah seseorang diantara kalian merasa senang jika ia memakan daging  saudaranya sendiri yang sudah mati? Maka sudah pasti kalian merasa jijik terhadap perbuatan itu, bertaqwalah kepada Allah sesungguhnya Dia maha pengampun lagi maha penyayang."
Allah melarang kita berprasangka buruk terhadap saudara kita seislam dan seiman, tanpa ada bukti yang jelas bahwa mereka berbuat keburukan, kejahatan, termasuk prasangka teroris misalnya. Apalagi berprasangaka buruk kepada mereka yang termasuk para pendidik umat, para ulama, para ustadz, para dai dan juru dakwah.
Sebagian besar dzan berasal dari mulut ke mulut, menyebar begitu saja dengan cepat seperti angin. Sebagai seorang yang beriman, yang dikaruniai akal sehat yang mampu berfikir, pendengaran yang normal, mata yang jelas bisa melihat, harus mampu berhati-hati terhadap kabar yang belum jelas kebenarannya, berita yang masih samar, tuduhan yang masih belum terbukti secara pasti, sampai kita sanggup membedakan mana yang haq dengan yang batil, baru kita boleh ikut membicarakan dalam rangka memberi peringatan kepada umat, agar waspada terhadap kejahatan orang yang betul betul terbukti jahat.
Namun ini belum diamalkan sebagian besar kaum mukminin, mereka tergesa-gesa menuduh, menyebar fitnah, sekedar sebagai bahan obrolan santai mungkin, sekedar canda namun dampaknya begitu dasyat. Masyarakat dan umat semakin tidak tertarik kepada dakwah, muncul perasaan takut dekat dekat dengan mereka, bahkan tidak segan segan berbuat jahat kepada mereka dengan tuduhan tuduhan keji, memberi gelar teroris, memberi cap negatif kepada mereka tanpa ada sikap berhati-hati.
Berawal dari dzan atau prasangka, seperti api yang disulut dan menyebar dengan cepat, berkembang menjadi tajassus (mencurigai lalu memata-matai), berkembang lagi menjadi ghibah (menyebut dan membeberkan aib saudara seislam), sampai hal hal kecil yang dianggap kurang sesuai dengan selera rakyat dijadikan bahan obrolan, bahan tertawaan yang menarik. Padahal Allah menjelaskan dalam ayat di atas, orang yang menggunjing itu seperti orang yang memakan potongan daging saudaranya sendiri yang sudah mati alias menjadi bangkai.
Ghibah atau menggunjing adalah dosa besar yang diremehkan dan merupakan kebiasaan buruk yang harus diobati dengan berjuang, kerja keras menyetir hati, mengalahkan hawa nafsu. Karena ghibah merusak tatanan masyarakat, ghibah penyebab kerusakan dan permusuhan , ghibah menghancurkan hubungan persaudaraan, ghibah adalah sebab perpecahan dan kerengganan. Bangsa ini takkan mampu maju dengan baik jika masyarakatnya hobi ghibah, harus ada sebagian kita yang sungguh-sungguh berani menghentikan ghibah jika satu saat kita berada di suatu kumpulan yang dihidangkan ghibah di dalamnya. Stop menggunjing saudara seislam, hentikan memakan daging saudara sendiri, hentikan menghancurkan kehormatan saudara kita sendiri, karena kehormatan lebih berharga dari tubuh manusia.
Pada akhir ayat Allah menjelaskan bahwa Dia maha pengampun, menerima taubat hamba sebesar apapun dosanya, asal benar-benar taubat nasuha yang diantara syarat taubat dari suatu dosa adalah penyesalan, berhenti dari dosa itu, berniat kuat untuk tidak mengulangi dosa itu lagi, jika dosanya berhubungan dengan hak orang lain maka wajib meminta maaf dan mengembalikan haknya. Jika dosanya berupa tuduhan yang menghancurkan nama baik maka taubatnya dengan meminta maaf kepada orang yang didzalimi dan kepada masyarakat dan berusaha menyebarkan kembali kepada masyarakat bahwa tuduhannya salah, dan orang yang dituduh bersih dari yang ia tuduhkan.
Semoga ini menjadi pengingat bagi kita, menjadikan kita tidak mudah terbawa arus saling tuduh, saling adu domba, saling mencurigai. Waspada boleh namun harus sesuai porsi dan kewenangannya. Mudah mudahan Allah memberi ridho dan berkahNya, dan memberi kesabaran yang kuat dan kokoh bagi kita yang menyebarkan ajaranNya. Amin.

Tidak ada komentar: